Poker Online - Kader tak selamanya loyal terhadap keputusan partai politik. Meski sering pasang badan untuk partainya, rupanya dua kader ini memilih jalannya sendiri ketimbang ikut partai.
Pertama adalah Ruhut Sitompul yang tetap mendukung bakal cagub Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), meski Partai Demokrat tempat dia bernaung mengusung Agus Harimurti Yudhoyono. Jabatan terakhir yang disandang Ruhut adalah Koordinator Bidang Polhukam di Partai Demokrat.
"Aku sudah bilang, kalau aku dipecat, tolong dipikir juga. Bos, pecat Ruhut, Ahok menang. Aku ini semua orang tahu, aku 'anjing' nya SBY dan Demokrat. Kalau nggak senang aku, pecat dan aku tidak sakit hati. Pak SBY sayang aku, banyak visi-misi yang aku jalankan dan berhasil. Karena aku selalu memegang tangan Tuhan," ujar Ruhut di Kantor Populi Center, Jalan Letjend S Parman, Slipi, Jakarta Barat, Kamis (6/10/2016).
Ruhut pun diproses oleh Komwas Partai Demokrat. Tetapi pada pemanggilan pertama, Ruhut tak datang.
Dukungannya untuk Ahok sampai-sampai membuat Ruhut rela bila harus melepaskan jabatan anggota DPR. Posisinya sebagai juru kampanye untuk Ahok membuat dia terpikir untuk mundur dari DPR.
"Kalau mandi itu basah, enggak boleh setengah-setengah. Mulai sekarang mereka sudah jadwalkan aku banyak, kalau perlu nginap di rumah penduduk DKI, ini untuk meyakinkan mereka kenapa Ahok. Kalau nanti masih kurang, akhir reses ini aku mundur dari DPR. Mantap enggak?" ujar Ruhut.
Totalitas Ruhut ini kemudian membuat Ahok berterima kasih. "Ya kita terima kasih saja Bang Ruhut nekat mau memperjuangkan saya jadi jubir, dengan risiko bisa dipecat," ujar Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (6/10).
Lain Ruhut, lain pula kisah Abraham 'Lulung' Lunggana di Partai Persatuan Pembangunan versi Djan Faridz. Lulung yang biasanya loyal terhadap Djan, kini berbeda arah.
Djan Faridz memutuskan untuk mendukung Ahok pada Pilgub DKI 2017. Tetapi Lulung yang sejak dahulu bertentangan dengan Ahok tetap pada pilihannya.
"Kita harus menghormati keputusan partai. Itu memang pilihan yang sudah ditetapkan DPP. Kami Haji Lulung yang seperti masyarakat luas tahu memang kontroversi dengan Ahok. Kami juga harus mengambil keputusan tidak mendukung Ahok," tandas Haji Lulung.
Sebelumnya Lulung mendukung Yusril Ihza Mahendra untuk jadi calon gubernur DKI. Tetapi Yusril tak mendapat dukungan partai politik sehingga tak mendaftar. Entah ke mana sekarang pilihan Lulung dijatuhkan.
Soal pertentangan Lulung dengan Ahok yang pernah santer adalah soal kasus pengadaan UPS tahun lalu. Hingga belum lama ini Lulung pernah menyebut Ahok sebagai psikopat.
"Itu kan saya dan Pak Djan memang loyal dengan beliau, kita saling menghargai. Tapi kalau menyangkut itu (dukungan untuk Ahok) saya tidak, apalagi selama ini saya dikenal masyarakat tidak sejalan dengan Ahok. DPP harus menghormati keputusan saya," ungkap Lulung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar